Kawasan Wisata Gunung Dieng Normal dan Masih Aman
Dalam kunjungan spesifik Komisi VIII DPR RI di Kawah Timbang, Batur Banjarnegara Sabtu (12/4) diketahui bahwa berita yang selama ini beredar tentang Status Siaga Dieng dan Gas Beracun di Kawasan Gunung Dieng adalah kurang tepat.
“Selama ini di Media Massa Nasional diberitakan bahwa Kawasan Dieng Siaga dan mengeluarkan gas beracun, hal tersebut tidak benar, yang benar Kawah Timbang yang berada di Batur Banjarnegara lah yang mengalami gempa tektonik dan akhirnya mengeluarkan gas beracun. Kawah Timbang merupakan bagian dari dataran tinggi Dieng namun jaraknya sangat jauh dari Kawasan wisata Gunung Dieng. Jadi Kawasan wisata Gunung Dieng sejauh ini masih normal dan aman untuk dimasuki,”jelas Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno.
Akibat dari berita tersebut menurut Hadi, wisatawan yang datang ke Gunung Dieng menurun drastis. Tidak sedikit biro perjalanan atau travel yang membatalkan rencana wisatanya. Bahkan Kawasan Dieng yang terkenal dengan produksi sayur mayurnya menjadi mandeg karena ketidaktahuan masyarakat luas akan berita gas beracun yang keluar di Kawah Timbang. Untuk itu Hadi meminta Komisi VIII DPR RI ikut membantu mensiarkan dan meluruskan pemberitaan tentang Dieng dan Kawah Timbang ini kepada masyarakat luas.
“Untuk itulah kami datang kesini (Kawah Timbang-red), untuk mengetahui secara langsung berita yang selama ini beredar luas mengenai kondisi Dieng dan Kawah Timbang. Kami akan ikut meluruskan pemberitaan tersebut, karena seperti yang diungkapkan pak Hadi, kesalah kaprahan ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan pemerintah daerah tentunya,”papar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Gondo Radityo Gambiro.
Selain itu anggota Komisi VIII DPR RI Noura Dian Hartarony menyarankan kepada Wakil Bupati Banjarnegara untuk secara bertahap mengubah hasil pertanian warga sekitar Kawah Timbang. Menurut Noura, selama ini masyarakat di Dieng, Kawah Timbang dan sekitarnya memilih menanam Kentang, Kubis dan sayuran lainnya. Hal tersebut memang sangat dimaklumi, mengingat Kentang merupakan salah satu komoditas dengan nilai jual cukup tinggi. Namun, karakter tanaman Kentang yang menggemburkan tanah membuat lahan sekitar rawan longsor.
“Tanaman Kentang itu kan menggemburkan tanah, akibatnya tanah menjadi tidak rekat atau kuat lagi. Hal ini akan membuat lahan sekitar rawan longsor. Untuk itu saya menyarankan untuk Wakil Bupati agar membuat perubahan pola tanam untuk masyarakat sekitar ke tanaman yang lebih menguatkan tanah namun memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Ini memang bertahap tapi harus dilaksanakan sedikit demi sedikit, demi mengatisipasi terjadinya Longsor,”ungkap Noura.(Ayu)